Kau tahu, aku takut sekali mencari tahu berita, atau apapun yang berhubungan dengan dirimu. Takut bila itu menyakitiku, takut bila aku akan menangis, tapi ketakutan terbesarku adalah kehilangan dirimu, kehilangan hatimu, kehilangan cinta yang dulu pernah kau berikan padaku.
Langit bergemuruh di luar sana. Aku aman dalam lindungan rumah ini. Tapi ini hari minggu.. kau tahu, aku paling benci hari sabtu, minggu atau hari ketika tidak ada kuliah maupun pekerjaan yang menantiku. Karena di saat seperti inilah aku paling merindukan kehadiran dirimu. Aku rindu berbagi cerita denganmu, aku rindu mendengar lelucon konyol yang kau lontarkan dan percakapan kita pada malam minggu hingga dini hari. Hingga mataku tak sanggup lagi membuka.
Buang – buang waktu saja, mereka berkata padaku. Tapi aku tak pernah perduli. Ucapan mereka tak pernah merasukiku, kenapa? Karena hanya kau yang kupilih untuk mengisi hatiku. Mereka yang lain, aku tak peduli. Tak apa bila dunia menghadangku, asal kau ada disisiku, berikan semangat tulus penuh pengharapan.
Hari ke hari, aku menangis sendiri, tahukah kau itu? Tidak, bukan cuma sekali atau dua kali. Tapi rasanya sepanjang tahun ini banyak airmata tertumpah, goresan demi goresan, luka demi luka kau torehkan. Bodoh memang. Setelah sikapmu yang berkali – kali sakiti diriku, tak pernah sedikitpun cintaku pudar untukmu. Setiap doaku, aku selalu berdoa tak hanya untuk diriku, tetapi didalamnya juga ada dirimu, dan harapan untuk kita.
Aku tak bisa ungkapkan betapa sedih hatiku melihat hubungan kita yang seperti ini. Aku berdiri di kegelapan, tak tahu kemana melangkah, tak sanggup pula aku untuk melepaskan dirimu. Sungguh, aku tak berbohong. Hatiku tak kuat. Atau mungkin tak akan pernah cukup kuat.
Aku percaya, dibalik mendung ini ada secercah mentari untukku. Meski aku tak yakin kapan matahari itu memunculkan dirinya. Aku merindukan saat – saat yang telah lalu. Saat ketika aku dapat tertawa lepas bersamamu. Bukan saat – saat seperti ketika aku takut hanya untuk menggapai sedikit potongan kabar tentangmu. Hampir setiap malam, menjelang aku tertidur, aku selalu teringat akan dirimu. Sungguh, menyesakkan hati. Aku tak dapat mengungkapkannya dan tak tahu pula cara melepaskannya. Tanpa kusadari air mata telah tumpah deras. Tak bisa terbendung, meski aku coba hapus luka. Akhirnya ku pun tertidur dengan lelah di pundak dan airmata yang mengalir di pipi.
Aku merindukanmu, dan aku takut kehilangan kasihmu……………………..
0 komentar:
Posting Komentar