Pages

Jumat, 17 Februari 2012

Kepingan yang patah


on the plane back to jakarta, february 13, 2012

Ada puluhan penumpang dalam pesawat ini. Masing – masing membawa cerita mereka sendiri. Ada yang hendak pulang setelah bekerja untuk proyek telekomunikasi, pria berumur pertengahan yang mengurusi proyek desain sebuah spa di kawasan Nusa Dua. Ada keluarga yang pulang setelah berlibur bersama putra – putri mereka. Ada pula pasangan lanjut usia yang pulang berlibur untuk sekedar mengenang masa bulan madu mereka di Bali dahulu.

Ada banyak cerita yang tersimpan di balik diri setiap penumpang. Kebanyakan dari mereka pulang setelah liburan di pulau yang indah ini, Pulau Dewata.

Dan aku sendiri, aku adalah bagian dari penggalan cerita dalam pesawat ini. Hari ini aku kembali ke orang tuaku, ke rumahku, kembali pada kuliah yang menunggu untuk aku selesaikan. Tak lupa pula membawa kepingan hatiku yang telah pecah di Bali. Kepingan yang aku tak tahu bagaimana menyusunnya lagi.

Hati ini sudah luka. Entah untuk keberapa kalinya. Aku tetap mencintainya hingga entah kapan, aku sendiri tak tahu. Meski ia memilih melepaskan hatiku. Aku tak bisa menghentikan waktu maupun menghentikan mimpi buruk ini. Semua impian yang kurajut untuk kami berdua. Rencana yang kususun sedemikian rapinya agar kami bisa bersama.  Doa yang tak putus kupanjatkan agar kami dapat segera menyatu. Namun kini harapan dan rencana itu tinggal impian belaka.

Ya, rencana itu begitu sempurna. Hanya tinggal 10 bulan tersisa menjelang kelulusanku, lalu kami dapat menikah dan saling memiliki. Namun, apa dayaku, takdir berkata lain. Ia memilih wanita lain untuk mengisi hidupnya dan melepaskan genggamannya dengan tanganku. Yang kusesalkan, ia tak pernah memberitahuku selengkapnya. Kini telah habis daya perjuanganku dan porak poranda hati ini.

Allah, aku begitu terluka dan merasa sakit. Ada luka yang menganga begitu besar dan terasa dingin, bagaikan siraman air es yang membekukan pagi. Aku tak sabar ingin secepatnya meninggalkan Bali. Meninggalkan cintaku yang telah dicampakkan dengan kejamnya. Aku tak tahan, dada ini terasa sesak. Aku tak bisa menahan tangisku. Ya Tuhan, beri aku kekuatan. Aku ingin berlari, tinggalkan sengkarut ini, berlindung dalam cangkang putihku.

Aku iri sekali pada pasangan disampingku. Mereka duduk berdampingan sambil menggenggam tangan pasangannya. Barangkali mereka adalah pasangan yang baru menikah dan memilih berbulan madu di Bali. Ini adalah liburan yang paling tidak menyenangkan. Segalanya begitu berantakan sejak awal, membuatku terjatuh kalah. Usahaku yang sia-sia dan diriku yang merana.

Aku pulang dan semoga dapat segera terbangun dari mimpi buruk ini. Memulai dari nol, kembali ke awal. Membangun kembali mimpi – mimpi, harapan, cita-cita, mengobati hati, menegakkan kepala dan mengahadapi dunia. Aku.

0 komentar:

Posting Komentar

Forwarding

Always Looking On The Brightside