Pages

Selasa, 03 Januari 2012

Balada Pengantin Muda

Ah...cantiknya anakku, begitu seru etek ketika ia mulai memasang inai di jari jemariku.Sesuai tradisi wanita padang yang akan menikah didandani oleh bako dari pihak ayahnya yaitu saudara terdekat secara personal dengan calon pengantin. Mak etek mungkin tidak tahu atau ia menulikan indra-indranya.


Ya, tak ada bahagia di mataku. Hanya sebentuk semangat yang tinggal bara, hilang sudah kobaran apinya. Mengapa? Tanyaku pada Tuhan. Tak diberiNya aku kesempatan untuk bersinar bebas. Demi siapakan pernikahan ini ada? Hanya sekadar pemenuhan adaik minang saja? Hanya karena perempuan harus menikah sebelum rahimnya menua? Tak bolehkah seseorang gadis memilih pendampingnya berdasarkan tingkah laku baik lagi keteguhan imannya? Apakah diri ini hanya tempat untuk menciptakan manusia lain tanpa cinta? ah...sungguh aku tak mengerti. Begitu banyak pertanyaan terpendam dalam diri.


Tidak, ini salah. Bayangan di balik air itu menatapku. Tatapannya kembali keras beku. Adalah hak seorang anak manusia untuk mencintai dengan segenap jiwanya, laksana embun murni. Tak terjamah debu ambisi tak berperi.

0 komentar:

Posting Komentar

Forwarding

Always Looking On The Brightside